Dampak PLTU semakin disorot publik seiring meningkatnya keluhan warga yang hidup berdampingan dengan pembangkit listrik tenaga uap di berbagai wilayah Indonesia. Dampak PLTU tidak sekadar soal polusi udara, tetapi juga kerusakan lingkungan, menurunnya hasil pertanian, hilangnya pendapatan nelayan, hingga ancaman kesehatan jangka panjang. Laporan terbaru lembaga riset energi bahkan mengkategorikan sejumlah PLTU di Indonesia sebagai “mematikan” karena menghasilkan emisi berbahaya yang berdampak luas pada masyarakat.
Artikel ini merangkum 20 fakta baru dampak PLTU berdasarkan kesaksian warga, temuan peneliti, serta kebijakan pemerintah terkait upaya menuju net zero emission.
Dampak PLTU Terhadap Kehidupan Warga

Dampak PLTU dan Kesaksian Warga Aceh
Di Suak Puntong, Aceh, dampak PLTU terasa langsung pada kehidupan Darna, seorang warga yang tinggal hanya 500 meter dari PLTU Nagan Raya. Jarak yang begitu dekat membuat rumahnya dipenuhi abu setiap hari.
Darna menyebut piring putih di lemari berubah pekat karena debu. Bahkan, ia mengatakan debu itu “bisa ditulis.” Debu yang menempel berasal dari cerobong asap dan truk pengangkut batu bara yang hilir mudik tanpa penutup.
Setiap hari Darna harus menyapu lantai lebih dari tiga kali. Kondisi ini membuatnya tidak lagi mampu mengelola warung makan yang sebelumnya menjadi sumber penghasilan keluarga. Dia akhirnya memutuskan pindah ke rumah baru sejauh 3 km pada 2023 karena tidak kuat lagi menghadapi dampak PLTU yang mengganggu kesehatan dan penghidupan.
Dampak PLTU terhadap Kesehatan di Aceh

Warga Suak Puntong sering mengalami batuk dan sesak napas. Darna pernah melihat seorang warga batuk hingga mengeluarkan cairan berwarna merah. Kondisi ini memperkuat kekhawatiran masyarakat bahwa polusi PLTU mendorong meningkatnya kasus ISPA.
Protes besar pun terjadi pada 2020, dipimpin oleh ibu-ibu. Mereka menghentikan truk batu bara dan menuntut perusahaan menutup muatan agar debu tidak bertebaran. Meski sempat ada perbaikan, kondisi kembali memburuk.
Dampak PLTU pada Pertanian dan Lingkungan

Dampak PLTU di Cilacap: Abrasi dan Gagal Panen
Di Cilacap, Jawa Tengah, Sadinem juga merasakan dampak PLTU yang menghantam kehidupannya. Rumahnya hanya berjarak 200 meter dari PLTU Karangkandri, dan ia menyebut kondisi lingkungan berubah drastis sejak keberadaan PLTU.
Sadinem yang berasal dari keluarga petani mengatakan abrasi semakin parah. Menurutnya, pembangunan breakwater PLTU justru mengubah arah ombak ke permukiman dan sawah. Imbasnya, air laut masuk ke lahan pertanian, menyebabkan padi gagal panen.
Selain itu, udara di Winong tercemar debu dan asap PLTU. Ia menuturkan banyak warga mengalami gangguan pernapasan. Limbah dari PLTU juga pernah dibuang dekat permukiman sebelum kemudian diperbaiki setelah warga memprotes selama tiga tahun berturut-turut (2017–2020).
Dampak PLTU pada Nelayan dan Sumber Ekonomi
Dampak PLTU di Indramayu: Nelayan Kehilangan Penghasilan
Di Indramayu, Abdul Muin menggambarkan dampak PLTU sebagai rangkaian masalah tanpa henti. Nelayan di desanya, Mekarsari, kehilangan sebagian besar penghasilan karena air laut menjadi keruh. Diduga, sebagian limbah PLTU bercampur dengan air laut.
Sebelum PLTU beroperasi, nelayan mampu membawa pulang 6–7 ton ikan dalam sebulan. Kini angkanya turun menjadi 4 ton. Sawah pun tak luput dari dampak. Menurut Abdul, tanah pertanian menjadi asam akibat residu batu bara, membuat padi sulit tumbuh dan sering gagal panen.
Dampak PLTU Menurut Penelitian dan Data Nasional
20 PLTU Paling “Mematikan” di Indonesia
Laporan terbaru dari koalisi CELIOS, CREA, dan Trend Asia mengidentifikasi 20 PLTU mematikan dengan kapasitas hingga 31 GW—setara 53% dari seluruh kapasitas PLTU nasional. PLTU ini tersebar di Suralaya, Paiton, Indramayu, Cirebon, Celukan Bawang, dan lainnya.
Peneliti CREA, Katherine Hasan, menyebut PLTU sebagai “pembangkit listrik dengan polusi sangat tinggi” yang membawa ancaman besar karena lokasinya dekat permukiman padat.
Paparan Polusi dan Risiko Penyakit Berat
Menurut Katherine, polusi PLTU adalah “silent killer.” Campuran partikel berbahaya dapat memicu kanker, stroke, serangan jantung, diabetes, kelahiran prematur, hingga bayi berbobot rendah.
Laporan CREA dan IESR (2023) menyatakan:
-
Emisi polutan udara PLTU meningkat 110% dalam 10 tahun terakhir
-
Pada 2030, emisi diprediksi naik lagi 70%
-
Pada 2022, polusi PLTU bertanggung jawab atas 10.500 kematian
-
Jika PLTU terus beroperasi hingga masa akhirnya, total potensi kematian bisa mencapai 303.000 orang
Dampak PLTU dan Kebijakan Pemerintah
Target Net Zero dan Tantangan Pemensiunan PLTU
Presiden Prabowo menegaskan komitmen Indonesia menuju net zero emission. Pemerintah merencanakan penghentian operasional PLTU secara bertahap melalui Perpres 112/2022.
Namun, ada tantangan besar:
-
Biaya pensiun dini PLTU sangat tinggi
-
Pemerintah khawatir harga listrik naik
-
Risiko kekurangan pasokan
-
Pendanaan dari luar negeri belum cukup solid
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menyebut pemerintah ingin memensiunkan PLTU, tetapi membutuhkan pendanaan murah dan jangka panjang.
Analisis Ekonomi: Kerugian akibat PLTU
CELIOS mencatat kerugian ekonomi besar akibat dampak PLTU:
-
Penurunan output ekonomi nasional Rp52,44 triliun
-
Penurunan pendapatan masyarakat Rp48,47 triliun
-
1,45 juta pekerja terdampak, terutama petani dan nelayan
Peneliti CELIOS menilai pemerintah masih menganggap pensiun dini PLTU sebagai “kerugian negara,” padahal seharusnya dipahami sebagai investasi jangka panjang untuk kesehatan dan keberlanjutan.
Dampak PLTU, Energi Bersih, dan Masa Depan
Celah Kebijakan dalam Transisi Energi
Trend Asia menilai pemerintah belum sepenuhnya serius dalam transisi energi. Di satu sisi, RUPTL menargetkan penambahan 42.569 MW energi terbarukan. Namun, aturan lain masih membuka peluang pembangunan PLTU baru untuk kawasan industri.
Celah regulasi ini membuat transisi energi berjalan lambat.
Baca Juga : Konflik Proyek Strategis Nasional: Ketegangan Baru dalam Ambisi Pembangunan Nasional
Dampak PLTU Harus Ditangani Secara Serius
Dampak PLTU tidak hanya berupa polusi, tetapi merusak kesehatan, menurunkan penghasilan warga, menghancurkan lahan pertanian, mengganggu ekosistem laut, dan mendorong kerugian ekonomi nasional. Warga yang tinggal di Aceh, Cilacap, Indramayu, dan banyak wilayah lain menjadi bukti nyata bahwa keberadaan PLTU membawa masalah multidimensi.
Transisi energi bersih, pemensiunan dini PLTU, serta penegakan regulasi harus dilakukan secara tegas untuk melindungi kesehatan masyarakat dan masa depan lingkungan Indonesia.
