Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi menjadi perhatian publik setelah aparat penegak hukum menetapkan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Sukabumi sebagai tersangka. Penetapan ini membuka tabir dugaan penyimpangan dana retribusi yang diduga berlangsung dalam kurun waktu tertentu dan mengakibatkan kerugian bagi pendapatan asli daerah (PAD).
Kasus ini menjadi pukulan keras bagi upaya penguatan tata kelola pemerintahan daerah, terutama dalam pengelolaan pendapatan dari sektor pariwisata yang selama ini menjadi andalan Kabupaten Sukabumi. Melalui laporan investigasi dan berbagai temuan awal, penyidik menyimpulkan adanya aliran dana yang tidak sesuai prosedur dan tidak tercatat dalam laporan resmi pemerintah daerah.
Artikel panjang ini mengurai secara lengkap bagaimana kasus ini mencuat, siapa saja yang terlibat, apa dampaknya bagi sektor pariwisata, serta langkah-langkah pemerintah dalam menangani dugaan penyimpangan tersebut. Dengan fokus pada Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi, laporan ini mencoba menyajikan gambaran utuh mengenai dinamika kasus yang menghebohkan publik tersebut.
Latar Belakang Kasus Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi

Isu Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi bermula dari temuan adanya ketidaksesuaian laporan pendapatan di sejumlah lokasi wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah. Retribusi wisata, yang seharusnya menjadi salah satu sumber PAD, diduga tidak disetorkan seluruhnya ke kas daerah.
Sejumlah petugas lapangan menyebut adanya perbedaan antara jumlah tiket wisata yang terjual dan jumlah yang dilaporkan. Temuan ini kemudian mendorong aparat penegak hukum untuk melakukan pemeriksaan lebih mendalam terkait mekanisme pengelolaan dana.
Dalam pengembangan penyidikan, Kepala Disdukcapil Sukabumi muncul sebagai pihak yang diduga memiliki peran dalam pengalihan dana retribusi tersebut. Walaupun jabatan tersebut tidak berkaitan langsung dengan sektor pariwisata, penyidik menemukan adanya hubungan koordinatif yang diduga dimanfaatkan untuk tindakan yang tidak sesuai aturan.
Kronologi Pengungkapan Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi

Kasus Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi terungkap melalui beberapa tahap penting yang melibatkan investigasi internal pemerintah daerah hingga pendalaman oleh aparat penegak hukum. Berikut kronologinya:
Temuan Awal dari Laporan Pendapatan Retribusi
Para auditor internal mencatat adanya selisih angka pada laporan pendapatan beberapa destinasi wisata. Selisih tersebut berulang terjadi, terutama pada musim liburan ketika jumlah wisatawan meningkat drastis. Hal ini menjadi indikasi adanya dugaan penyimpangan pencatatan.
Pemeriksaan Petugas Lapangan
Sejumlah petugas pungut retribusi dipanggil untuk memberikan keterangan. Mereka mengaku bahwa sebagian dana disetorkan ke pihak tertentu sesuai “arahan”, yang kemudian menimbulkan dugaan adanya sistem penarikan dana di luar jalur resmi.
Masuknya Kasus ke Tahap Penyidikan
Dengan dasar bukti permulaan yang cukup, aparat penegak hukum meningkatkan kasus ini ke tahap penyidikan. Jejak transaksi dan komunikasi beberapa oknum kemudian ditelusuri untuk memastikan pihak-pihak yang terlibat.
Penetapan Kepala Disdukcapil sebagai Tersangka
Setelah mengantongi alat bukti berupa dokumen transaksi, penyidik akhirnya menetapkan Kepala Disdukcapil Sukabumi sebagai tersangka. Ia diduga menerima, mengelola, atau mengarahkan aliran dana retribusi yang tidak sesuai dengan aturan resmi.
Modus Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi Menurut Penyidik
Berdasarkan hasil penyidikan awal, Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi dilakukan secara terstruktur dengan beberapa pola yang telah teridentifikasi. Modus ini tidak bersifat kekerasan, tetapi lebih pada manipulasi administrasi dan pengelolaan dana yang tidak transparan.
Pengurangan Setoran Resmi
Salah satu modus utama adalah pengurangan setoran resmi dari hasil penjualan tiket wisata. Sebagian dana diterima petugas, tetapi jumlah yang disetorkan ke kas daerah jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah tiket yang terjual.
Pengumpulan Dana di Luar Mekanisme Pemerintah
Penyidik menemukan adanya rekening-rekening pribadi yang diduga digunakan untuk menampung dana retribusi. Hal ini jelas melanggar prosedur dan menimbulkan aliran dana yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Pengaturan Laporan Pendapatan
Ada dugaan bahwa laporan pendapatan dibuat sesuai “setting” tertentu agar tampak seimbang dan tidak mencurigakan. Manipulasi ini memungkinkan kerugian bagi daerah terjadi tanpa terdeteksi dalam waktu lama.
Dampak Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi terhadap PAD

Salah satu dampak paling nyata dari Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi adalah berkurangnya Pendapatan Asli Daerah yang seharusnya diandalkan untuk pembangunan infrastruktur publik. Dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan dari sektor wisata seharusnya meningkat seiring pertumbuhan kunjungan wisatawan.
Namun penyimpangan dana membuat kontribusi sektor wisata tidak maksimal. Dampaknya antara lain:
-
Pengembangan fasilitas wisata terhambat
-
Perawatan lokasi wisata menjadi tidak optimal
-
Program peningkatan kualitas layanan wisata tertunda
-
Ketergantungan terhadap dana provinsi atau pusat meningkat
Pemerintah Kabupaten Sukabumi kehilangan potensi pendapatan yang seharusnya bisa dialokasikan untuk perbaikan kawasan wisata dan pelayanan publik lainnya.
Reaksi Pemerintah Daerah dan Langkah Pemulihan
Pemerintah Kabupaten Sukabumi merespons cepat setelah kasus Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi mencuat. Beberapa langkah pun langsung ditempuh untuk memastikan perbaikan sistem dan mencegah kasus serupa terulang.
Evaluasi Sistem Pungut Retribusi
Pemda melakukan audit menyeluruh terhadap sistem pengelolaan retribusi, mulai dari penjualan tiket hingga mekanisme penyetoran. Sistem digital mulai dipertimbangkan untuk menutup celah manipulasi manual.
Rotasi dan Pembinaan SDM
Petugas yang bertugas di lapangan mengalami rotasi untuk meminimalkan adanya kelompok-kelompok yang mungkin telah membentuk “jaringan” khusus dalam pengelolaan retribusi.
Komitmen Transparansi
Bupati Sukabumi menegaskan bahwa pemerintah daerah berkomitmen memperbaiki sistem dan mendukung penuh proses hukum tanpa intervensi. Transparansi menjadi fokus utama dalam pemulihan kepercayaan publik.
Tanggapan Warga terhadap Kasus Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi
Masyarakat menyambut baik penetapan tersangka dalam kasus Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi, karena selama ini banyak yang merasa bahwa sektor pariwisata tidak berkembang maksimal meski kunjungan meningkat.
Beberapa warga menilai bahwa dana retribusi seharusnya digunakan untuk memperbaiki jalan wisata, toilet umum, area parkir, dan fasilitas lainnya. Namun kenyataannya banyak lokasi wisata yang mengalami stagnasi pembangunan.
Kasus ini menjadi bukti bahwa transparansi dalam pengelolaan dana publik adalah hal yang sangat penting dan harus diawasi bersama oleh masyarakat.
Analisis Pakar: Celah Pengelolaan Retribusi Perlu Ditutup
Pakar kebijakan publik menilai bahwa Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi terjadi karena adanya celah dalam mekanisme pengelolaan retribusi, terutama yang dilakukan secara manual. Sistem semacam ini memberikan peluang besar untuk manipulasi data maupun potensi penyimpangan dana.
Menurut pakar, beberapa hal yang perlu dilakukan untuk pencegahan adalah:
-
Digitalisasi pembayaran tiket wisata
-
Pengawasan lewat CCTV di gerbang masuk wisata
-
Pemanfaatan aplikasi pendataan wisatawan
-
Audit rutin per tiga bulan
-
Sanksi tegas bagi pelanggaran
Dengan perbaikan menyeluruh, potensi korupsi dapat ditekan dan pendapatan daerah dapat meningkat.
Potensi Kerugian Negara dalam Kasus Ini
Walaupun jumlah kerugian negara dalam Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi masih dihitung oleh auditor, penyidik menyebut bahwa nilai kerugian berpotensi cukup besar. Hal ini karena penyimpangan diduga terjadi dalam jangka waktu panjang dan melibatkan beberapa oknum.
Kerugian tidak hanya dalam bentuk finansial, tetapi juga dalam bentuk:
-
Hilangnya kesempatan upgrade fasilitas wisata
-
Berkurangnya daya tarik wisata daerah
-
Kerusakan reputasi pemerintah daerah
-
Penurunan kepercayaan investor
Apabila kerugian dapat dihitung secara definitif, kasus ini berpotensi masuk dalam kategori penyimpangan serius dalam pengelolaan aset daerah.
Baca Juga : Penembakan Tentara Garda Nasional: Insiden Dekat Gedung Putih Bikin Dua Prajurit Kritis
Masa Depan Pengelolaan Wisata Sukabumi
Kasus Korupsi Retribusi Wisata Sukabumi menjadi momentum penting bagi pemerintah daerah untuk memperbaiki tata kelola pariwisata. Sektor ini merupakan salah satu tulang punggung ekonomi lokal, sehingga pengelolaannya tidak boleh lagi memberikan ruang bagi penyimpangan.
Dengan komitmen pemerintah daerah, peningkatan transparansi, serta penggunaan teknologi digital, pengelolaan dana wisata diharapkan menjadi lebih akuntabel dan efisien. Publik pun menanti langkah nyata yang dapat memulihkan kepercayaan terhadap institusi pemerintahan.
Kasus ini juga menjadi pengingat bahwa korupsi, sekecil apa pun, dapat membawa dampak besar bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
