Minuman hijau bubuk yang sedang tren, yakni Matcha, sering dijuluki sebagai “super-drink” karena kandungan antioksidannya dan berbagai manfaat kesehatan yang diklaim. Namun, ada satu hal yang mulai muncul di kalangan pakar kesehatan: bahaya matcha bagi sebagian orang — terutama terkait penyerapan zat besi, anemia, serta efek samping lain jika dikonsumsi secara berlebihan atau tanpa memperhatikan kondisi tubuh. Artikel ini mengulas secara mendalam 7 risiko utama bahaya matcha, berdasarkan temuan medis dan kasus nyata, lengkap dengan panduan agar Anda tetap bisa menikmati matcha dengan aman.
1. Bahaya Matcha dan Penurunan Penyerapan Zat Besi
Salah satu isu paling dibahas terkait bahaya matcha adalah kemampuannya menghambat penyerapan zat besi non-heme (dari tumbuhan) dalam tubuh. Bubuk matcha mengandung tanin dan katekin dalam konsentrasi tinggi yang dapat berikatan dengan zat besi dan membuatnya sulit diserap.
Menurut artikel di Verywell Health, matcha “mengandung tannins, jenis polifenol yang bisa mengikat zat besi di saluran pencernaan, membuat tubuh lebih sulit menyerapnya”.
Studi lainnya menunjukkan bahwa konsumsi teh hijau secara berlebihan dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Mekanisme penghambatan
-
Tanin dalam matcha mengikat zat besi non-heme, membentuk senyawa yang tidak mudah diserap oleh usus.
-
Matcha memiliki konsentrasi katekin lebih tinggi dibanding teh hijau biasa.
-
Efek terbesar terjadi jika matcha dikonsumsi bersamaan dengan makanan kaya zat besi non-heme atau suplemen zat besi.
Siapa yang paling berisiko?
-
Wanita usia sub-fertil yang mengalami menstruasi.
-
Vegetarian / vegan yang bergantung pada sumber zat besi dari tumbuhan.
-
Orang dengan kondisi malabsorpsi atau gangguan usus.
Jadi, meskipun bagi banyak orang konsumsi matcha dalam jumlah wajar masih aman, risiko penyerapan zat besi ini merupakan bentuk nyata dari bahaya matcha yang harus diperhatikan.
2. Bahaya Matcha dan Anemia Berat: Kasus Nyata
Kasus nyata menunjukkan bahwa bahaya matcha bukan sekadar teori. Dalam sebuah laporan, seorang wanita berusia 28 tahun mengalami anemia berat hingga dirawat di rumah sakit setelah rutinitas konsumsi matcha mingguan.
Menurut artikel di The Independent, pakar nutrisi memperingatkan bahwa konsumsi matcha berlebihan bisa berkontribusi terhadap “iron deficiency” atau kekurangan zat besi — yang, jika dibiarkan, berpotensi menjadi anemia.
Apa yang terjadi dalam kasus tersebut?
-
Wanita tersebut rutin mengonsumsi matcha sebagai bagian dari gaya hidup sehat.
-
Karena matcha memenuhi semua syarat “tren wellness”, konsumsi dilanjutkan meskipun gejala kelelahan muncul.
-
Pengujian darah menunjukkan kadar zat besi dan ferritin yang sangat rendah.
-
Setelah konsumsi matcha dikurangi dan asupan zat besi ditingkatkan, kondisi membaik.
Pelajaran penting
Kasus ini menggambarkan bahaya matcha bila dikonsumsi tanpa memperhatikan kondisi tubuh dan waktu konsumsi. Untuk individu dengan faktor risiko rendah zat besi, risiko tetap ada jika konsumsi bersamaan dengan makanan mengandung zat besi.
Dengan demikian, penting untuk memperlakukan matcha bukan sebagai “minuman bebas risiko” melainkan “minuman yang perlu dipertimbangkan”.
3. Bahaya Matcha: Efek Samping Karena Kafein dan Katekin
Selain risiko terhadap zat besi, bahaya matcha juga mencakup efek-samping yang timbul dari kandungan kafein dan katekin (termasuk EGCG) yang tinggi.
Beberapa efek samping yang dilaporkan:
-
Kecemasan atau detak jantung yang cepat jika konsumsi kafein terlalu banyak.
-
Gangguan tidur atau insomnia, terutama jika diminum di malam hari atau dalam jumlah besar.
-
Tekanan darah meningkat — artikel Verywell Health menyebut “5 serious side effects of matcha” termasuk peningkatan tekanan darah.
-
Potensi gangguan hati: konsumsi besar katekin (≥ 800 mg) berpotensi menimbulkan masalah hati.
Mengapa komponen ini berisiko?
-
Matcha karena seluruh daun teh dikonsumsi (tanpa dibuang ampas) memiliki kandungan katekin sangat tinggi.
-
Kafein dalam matcha bisa mencapai hingga ~45 mg per gram bubuk, dan jika menggunakan beberapa gram dalam satu sajian maka total kafein bisa mendekati atau melebihi kopi.
-
Individu yang sensitif terhadap kafein, memiliki gangguan tidur atau jantung, harus berhati-hati.
Tips mengurangi risiko
-
Batasi konsumsi matcha maksimal satu cangkir per hari jika Anda memiliki faktor risiko.
-
Hindari konsumsi di malam hari atau dekat waktu tidur.
-
Pilih bubuk matcha berkualitas (misalnya “ceremonial grade”) yang mungkin memiliki kandungan tanin sedikit lebih rendah.
Dengan demikian, bahaya matcha terkait kafein dan katekin bisa dikendalikan lewat moderasi dan pemilihan waktu yang tepat.
4. Bahaya Matcha: Interaksi dengan Suplemen dan Obat
Bahaya matcha juga muncul dalam konteks interaksi dengan suplemen zat besi maupun obat-obatan. Karena matcha dapat menghambat penyerapan zat besi, konsumsi matcha bersamaan dengan suplemen zat besi atau makanan tinggi zat besi bisa mengurangi efektivitasnya.
Sebagai contoh, artikel dari Matcha.com menyarankan agar mereka yang menggunakan suplemen zat besi atau makan banyak makanan kaya zat besi menghindari konsumsi matcha dalam satu jam sebelum atau sesudahnya.
Obat-obatan yang berpotensi berinteraksi
-
Obat pengencer darah: beberapa teh hijau diketahui memiliki interaksi dengan antikoagulan.
-
Suplemen besi: konsumsi matcha saat atau segera setelah suplemen bisa menghambat penyerapan.
-
Obat yang menurunkan tekanan darah atau berpengaruh ke hati: konsumsi katekin tinggi bisa memberi beban tambahan.
Rekomendasi
Jika Anda sedang menggunakan obat, terutama yang mempengaruhi penyerapan zat besi, atau sedang dalam terapi suplemen, sebaiknya konsultasikan dulu dengan profesional medis sebelum menjadikan matcha sebagai rutinitas harian. Dengan pengecekan ini, bahaya matcha akibat interaksi obat/suplemen dapat diminimalisir.
5. Bahaya Matcha untuk Kelompok Risiko: Wanita, Vegetarian, & Penyakit Usus
Beberapa kelompok lebih rentan terhadap bahaya matcha dibandingkan populasi umum. Ini termasuk wanita usia sub-fertil, vegetarian atau vegan, serta mereka yang memiliki gangguan penyerapan usus atau menstruasi berat.
Kenapa wanita dan vegetarian berisiko?
-
Wanita usia sub-fertil sering mengalami kehilangan zat besi melalui menstruasi. Jika juga mengonsumsi matcha yang menghambat penyerapan, risiko defisiensi meningkat.
-
Vegetarian/vegan bergantung pada zat besi non-heme yang secara alami lebih sulit diserap dibanding heme iron dari daging. Tanin dalam matcha memperburuk hambatan ini.
-
Mereka dengan penyakit usus atau malabsorpsi (misalnya penyakit Crohn, celiac) juga memiliki penyerapan zat besi yang lebih rendah — konsumsi matcha di waktu yang tidak tepat bisa memperparah kondisi.
Kesimpulan untuk kelompok ini
Penting bagi kelompok berisiko untuk tidak mengonsumsi matcha sembrono. Harus ada strategi: misalnya, konsumsi matcha di antara waktu makan, pastikan makanan kaya zat besi mendapat prioritas, dan lakukan pemeriksaan darah secara berkala. Dengan demikian, salah satu aspek bahaya matcha ini bisa dikendalikan.
6. Bahaya Matcha: Efek Jangka Panjang & Kumulatif
Bahaya matcha tidak selalu muncul secara instan — banyak efek adalah hasil akumulasi konsumsi jangka panjang dan kebiasaan konsumsi yang tidak memperhatikan waktu dan kondisi tubuh. Beberapa studi menekankan bahwa konsumsi teh hijau atau matcha secara rutin dalam dosis tinggi selama bertahun-tahun dapat mempengaruhi status besi dan ferritin.
Studi dari PMC menunjukkan bahwa konsumsi teh hijau dalam jumlah besar (lebih dari sekadar 1-2 cangkir sehari) selama waktu lama bisa menyebabkan anemia defisiensi besi.
Blog dari PIQUE menuliskan bahwa konsumsi lebih dari 8 cangkir sehari bisa dianggap berlebihan dan meningkatkan risiko anemia.
Pemahaman efek kumulatif
-
Tubuh secara bertahap kehilangan kesempatan untuk mengambil zat besi karena konsumsi matcha yang sering, terutama jika dikonsumsi dekat waktu makan atau bersama makanan kaya zat besi.
-
Karena gejala seperti kelelahan atau pusing sering dianggap “umum”, kondisi defisiensi bisa tidak disadari sampai semakin parah.
-
Maka bahaya matcha dalam konteks efek jangka panjang adalah penting untuk diwaspadai, bukan hanya konsumsi sesaat.
Rekomendasi preventif jangka panjang
-
Batasi konsumsi harian matcha, idealnya satu cangkir per hari untuk sebagian besar orang.
-
Spacing: Hindari konsumsi matcha bersamaan dengan atau segera sebelum/ sesudah makanan utama yang kaya zat besi.
-
Lakukan pemeriksaan darah rutin, terutama jika Anda wanita usia sub-fertil, vegetarian, atau memiliki kondisi medis penyerapan usus.
-
Pastikan asupan zat besi mencukupi — bila perlu berkonsultasi dengan ahli gizi.
Dengan pendekatan ini, kita bisa mendapatkan manfaat matcha sekaligus meminimalkan bahaya matcha jangka panjang.
7. Bahaya Matcha: Mitos, Fakta, dan Kapan Harus Khawatir
Untuk memahami risiko sesungguhnya dari bahaya matcha, penting juga untuk menelisik beberapa mitos populer serta fakta yang telah dikonfirmasi. Ini akan membantu Anda memilah antara hype dan realitas.
Mitos vs Fakta
Mitos: Matcha selalu menyebabkan anemia.
Fakta: Tidak semua orang akan mengalami anemia akibat matcha. Banyak orang aman mengonsumsi dalam jumlah wajar; risiko terbesar ada pada kelompok yang sudah memiliki kondisi predisposisi.
Mitos: Matcha buruk untuk semua orang dengan diet vegetarian.
Fakta: Vegetarian masih bisa konsumsi matcha dengan aman asalkan memperhatikan waktu konsumsi, dan mengonsumsi cukup zat besi serta vitamin C untuk membantu penyerapan.
Kapan Anda harus mulai khawatir?
-
Apabila muncul gejala seperti kelelahan kronis, napas pendek, pucat, atau detak jantung cepat — bisa jadi tanda anemia.
-
Jika Anda mengonsumsi matcha lebih dari dua cangkir setiap hari secara rutin, terutama bersamaan dengan makanan kaya zat besi.
-
Bila Anda termasuk kategori berisiko: wanita menstruasi berat, vegetarian/vegan, kondisi usus, atau sudah diketahui memiliki kadar zat besi rendah.
Tanda-peringatan dosis berlebihan matcha
-
Rasa jantung berdebar, sulit tidur, gelisah (karena kafein).
-
Gejala pencernaan: mual, gangguan tidur.
-
Pemeriksaan darah menunjukkan ferritin rendah atau penurunan kadar hemoglobin secara konsisten — meskipun diet “sehat”.
Dengan pengenalan mitos dan fakta ini, Anda bisa membuat keputusan penggunaan matcha yang lebih cerdas dan tetap menikmati manfaatnya — sambil meminimalkan bahaya matcha.
Cara Aman Menikmati Matcha & Minimalkan Bahaya Matcha
Setelah membahas risiko-risiko di atas, berikut adalah panduan praktis agar Anda bisa menikmati matcha sambil menjaga kesehatan dan menghindari bahaya matcha:
-
Batasi jumlah: Umumnya satu cangkir matcha per hari sudah cukup bagi kebanyakan orang tanpa faktor risiko tinggi.
-
Perhatikan waktu konsumsi: Minum matcha minimal 1–2 jam sebelum atau setelah makan besar atau suplemen zat besi untuk menghindari hambatan penyerapan.
-
Perkuat asupan zat besi dan vitamin C: Konsumsi makanan kaya zat besi (misalnya daging merah, ikan, kacang-kacangan) dan vitamin C (buah jeruk, paprika) untuk membantu penyerapan.
-
Pilih bubuk matcha berkualitas: Bubuk matcha grade “ceremonial” bisa memiliki konten tanin yang sedikit berbeda dibanding grade “culinary”. Namun tetap konsumsi dengan bijaksana.
-
Perhatikan faktor individu: Jika Anda wanita dengan menstruasi berat, vegetarian/vegan, atau menderita gangguan pencernaan — konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi.
-
Lakukan pemeriksaan darah rutin: Cek kadar hemoglobin, ferritin, dan parameter zat besi lain jika Anda rutin konsumsi matcha dan mengalami gejala seperti kelelahan atau pucat.
-
Jangan gunakan matcha sebagai substitusi makanan: Matcha memang sehat, tetapi bukan pengganti makanan bergizi lengkap. Fokus utama tetap pada diet seimbang.
Dengan langkah-langkah ini, konsumsi matcha bisa tetap jadi bagian dari gaya hidup sehat tanpa harus mengabaikan risiko-risiko yang termasuk dalam bahaya matcha.
Baca Juga : Obat Herbal Influenza, Solusi Alami di Tengah Cuaca yang Tak Menentu
Kesimpulan
Minuman bubuk hijau trendi seperti matcha memang menawarkan banyak manfaat — seperti antioksidan tinggi, L-theanine yang menenangkan, dan alternatif kafein yang “lebih lembut”. Namun, artikel ini menunjukkan bahwa bahaya matcha juga nyata — khususnya terkait penyerapan zat besi, risiko anemia, efek samping kafein/katekin, interaksi obat/suplemen, dan efek pada kelompok risiko.
Jika Anda mengonsumsi matcha dengan bijaksana — membatasi jumlah, memperhatikan waktu konsumsi, memastikan asupan zat besi dan vitamin C mencukupi, serta melakukan pemeriksaan jika perlu — maka potensi manfaatnya bisa dioptimalkan dan risiko pun bisa diminimalkan.
Ingat: kunci dari semua ini adalah moderasi, kesadaran kondisi tubuh, dan waktu konsumsi. Dengan demikian, Anda dapat menikmati matcha sebagai bagian dari gaya hidup sehat — sambil tetap waspada terhadap bahaya matcha yang tersembunyi.