Langkah Trump dalam Perundingan Gaza: 6 Strategi Kunci Tahun 2025

Langkah Trump dalam Perundingan Gaza: 6 Strategi Kunci Tahun 2025

Langkah Trump dalam Perundingan Gaza kembali menjadi sorotan internasional saat inisiatif perdamaian terbaru diumumkan dan dilaksanakan. Dalam menghadapi konflik panjang antara Israel dan Hamas, Presiden Amerika Serikat Donald Trump meluncurkan serangkaian strategi diplomatik untuk mempercepat proses gencatan senjata dan pembentukan mekanisme perdamaian jangka menengah hingga panjang.

Berikut 6 langkah paling menonjol dari Langkah Trump dalam Perundingan Gaza, yang patut ditelaah secara mendalam:


1. Peluncuran Rencana 20 Poin dan Ultimatum ke Hamas

Trump unveils sweeping Gaza peace plan he says Netanyahu accepts, challenges Hamas - ABC News

Salah satu inti dari langkah Trump dalam perundingan Gaza adalah peluncuran rencana perdamaian berdasar 20 poin spesifik, yang disebut sebagai kerangka kerja diplomatik utama untuk menyudahi konflik.

Dalam rencana itu, Trump menegaskan bahwa Hamas harus menerima sejumlah syarat — termasuk pembebasan semua tawanan Israel, penarikan pasukan Israel dari garis yang telah disepakati, pelucutan senjata bagi Hamas, serta pembentukan pemerintahan teknokrat sementara di Gaza di bawah pengawasan internasional.

Trump juga menetapkan tenggat waktu bagi Hamas untuk menyetujui rencana tersebut. Jika tidak, konsekuensi diplomatik akan diberlakukan. Strategi ini memperlihatkan bahwa Langkah Trump dalam Perundingan Gaza tidak sebatas ajakan damai, melainkan juga tekanan diplomatik agar Hamas segera merespons.


2. Inisiasi Pertemuan Tingkat Tinggi dan Summit Perdamaian Internasional

Negotiating over Trump's peace plan for Gaza - The Washington Post

Langkah Trump dalam Perundingan Gaza tidak hanya sebatas teks diplomatik — ia juga memobilisasi forum internasional untuk mendukung rencananya. Pada 13 Oktober 2025, dijadwalkan Gaza Peace Summit di Sharm el-Sheikh, Mesir, yang akan dipimpin bersama Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.

Summit ini bertujuan membahas fase-fase implementasi rencana 20 poin dan memfasilitasi kerangka kerja keamanan, pemerintahan sementara, dan bantuan rekonstruksi di Gaza. Lebih dari 20 negara dan organisasi dunia diundang untuk terlibat dalam dialog ini sebagai bagian dari Langkah Trump dalam Perundingan Gaza.

Sebagian pihak, termasuk Hamas dan Israel, tidak hadir secara langsung di summit tersebut. Namun, mereka tetap menjadi objek pembahasan krusial dalam agenda diplomasi.


3. Pengaturan Pertukaran Tawanan dan Tawanan Hidup/Meninggal

Salah satu langkah paling nyata dalam Langkah Trump dalam Perundingan Gaza adalah pengaturan pertukaran tawanan antara Israel dan Hamas. Sejak fase pertama rencana perdamaian disetujui, Hamas telah merilis tujuh tawanan Israel kepada Palang Merah sebagai bagian dari kesepakatan.

Di sisi lain, Israel dalam kabinetnya menyetujui skema pembebasan terhadap sekitar 2.000 tahanan Palestina, termasuk mereka yang tersangkut kasus keamanan berat.

Langkah interaktif ini memperlihatkan bahwa Langkah Trump dalam Perundingan Gaza juga mengandalkan pencapaian konkret di lapangan — bukan sekadar deklarasi diplomatik. Publik kedua belah pihak dan komunitas internasional melihat pertukaran tawanan ini sebagai indikator keberhasilan awal perundingan damai.


4. Penarikan Pasukan Israel ke Garis Posisi yang Disepakati

Trump announces 20-point plan to end Israel's war on Gaza, release hostages

Salah satu syarat dari rencana 20 poin adalah agar Israel menarik pasukannya ke garis yang disepakati sebagai bagian dari fase awal perdamaian. Dengan demikian, zona konflik akan dikendalikan untuk memungkinkan aliran bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi di Gaza.

Langkah Trump dalam Perundingan Gaza memasukkan unsur penarikan pasukan ini sebagai alat diplomatik untuk menunjukkan itikad baik bagi proses perdamaian. Penarikan pasukan bertujuan untuk mengurangi ketegangan militer dan membuka ruang untuk aktivitas kemanusiaan.


5. Pembentukan Otoritas Teknis Internasional dan Stabilisation Force

Salah satu elemen paling kritis dari rencana perdamaian adalah pembentukan otoritas teknis internasional yang akan memimpin pemerintahan transisi Gaza sebelum penyerahan kepada otoritas Palestina yang sudah diperbaiki.

Selain itu, direncanakan juga deployment pasukan stabilisasi multinasional — yang disebut “International Stabilization Force (ISF)” — untuk menjaga ketertiban, melatih pasukan lokal, dan memantau pelucutan senjata Hamas.

Langkah Trump dalam Perundingan Gaza menekankan bahwa tanpa mekanisme keamanan yang kredibel dan netral, kesepakatan damai sangat rentan gagal. Dengan kehadiran pasukan multinasional, diharapkan pengawasan internasional dapat menjaga momentum perdamaian.


6. Rekonstruksi Gaza dan Penjamin Kesepakatan

Setelah fase awal keamanan dan pertukaran tawanan, fokus berikutnya adalah rehabilitasi Gaza. Langkah Trump dalam Perundingan Gaza mencakup alokasi dana dan dukungan internasional untuk infrastruktur, pemulihan fasilitas publik, dan bantuan kemanusiaan skala besar.

Namun, Trump juga meminta jaminan bahwa Hamas akan melucuti kekuatan militer mereka, dan bahwa otoritas transisi akan mampu mempertahankan stabilitas sebelum penyerahan kepada pemerintahan lokal yang kredibel. Tanpa jaminan tersebut, rekonstruksi dapat berhenti atau diselewengkan.

Sebagai bagian dari strategi diplomasi, Trump juga menerapkan tekanan diplomatik dan insentif kepada negara-negara Arab dan donatur internasional agar mendukung upaya rekonstruksi Gaza sebagai imbalan terhadap komitmen pihak-pihak terkait.


Tantangan dan Kritik Terhadap Langkah Trump dalam Perundingan Gaza

Meskipun Langkah Trump dalam Perundingan Gaza disusun dengan lengkap, tidak sedikit kritik dan tantangan yang muncul:

Respon Hamas: Tidak Mau Tandatangani Kesepakatan Resmi

Pejabat Hamas menyatakan bahwa mereka tidak akan menandatangani kesepakatan perdamaian secara resmi, dan lebih memilih bernegosiasi lewat mediator seperti Qatar dan Mesir.

Hossam Badran, anggota biro politik Hamas, menyebutkan bahwa jika kesepakatan gagal, perlawanan mereka akan tetap dilanjutkan.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Langkah Trump dalam Perundingan Gaza menyertakan rencana menyeluruh, pihak yang menjadi subjek utama (Hamas) tidak memberi komitmen secara formal terhadap dokumentasi diplomatik.


Keraguan Terhadap Penerimaan Israel

Di pihak Israel, beberapa pejabat awalnya skeptis terhadap rencana Trump, khususnya terkait penarikan pasukan atau pembebasan tahanan Palestina yang dianggap berbahaya.

Dalam panggilan telepon antara Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, muncul tensi bahwa Netanyahu dianggap “negatif” terhadap sebagian elemen rencana damai tersebut.

Namun kabarnya, kabinet Israel kemudian menyetujui paket perdamaian berdasarkan usulan Trump, termasuk pembebasan tahanan dan penarikan pasukan.


Isu Legitimasi Pemerintah Transisi

Pembentukan otoritas teknis internasional dan pasukan stabilisasi menghadirkan pertanyaan soal legitimasi dan kedaulatan Palestina. Kritik menyebut bahwa skema ini bisa dianggap sebagai intervensi asing yang mengurangi otonomi lokal.

Beberapa pihak menyoroti bahwa rencana itu bisa menciptakan ketergantungan asing bagi Gaza dalam jangka menengah, dan bahwa proses penyerahan penuh kepada otoritas Palestina yang berhasil haruslah disertai transparansi dan audit internasional.


Permintaan Jaminan Kemanusiaan dan Keamanan

Meskipun rencana Trump mencakup dukungan kemanusiaan, banyak pengamat menekankan bahwa tanpa jaminan keamanan dan kesinambungan logistik, bantuan bisa buntu.

Selain itu, banyak rumah dan infrastruktur Gaza hancur total — meminta dana rekonstruksi dalam jumlah besar, koordinasi multinasional, dan perlindungan agar tidak terjadi sabotase selama transisi.


Prospek Keberhasilan dan Tolak Ukurnya

Untuk menilai sejauh mana Langkah Trump dalam Perundingan Gaza berhasil, beberapa tolok ukur yang bisa digunakan:

  1. Jumlah Tawanan yang Dirilis
    Pencapaian retorik menjadi nyata ketika pertukaran tawanan berjalan sesuai target.

  2. Kelangsungan Gencatan Senjata
    Jika konflik tidak kembali meledak dalam minggu atau bulan setelahnya, itu menjadi indikasi stabilitas awal.

  3. Keamanan Transisi di Gaza
    Bila otoritas teknis mampu menjaga ketertiban dan keamanan, kemudian menyerahkan tahap akhir kepada pihak Palestina, maka misi transisi berhasil.

  4. Rekonstruksi Terpantau dan Transparan
    Infrastruktur, layanan dasar (air, listrik, rumah sakit) pulih secara konsisten dan di bawah pengawasan global.

  5. Penerimaan Publik Palestina & Israel
    Jika warga Gaza dan Israel merasakan manfaat langsung — seperti keamanan, rehabilitasi — masyarakat akan mendukung proses perdamaian.


Baca Juga :

Prabowo Bertemu Jokowi: Awal dari Harapan Baru


Kesimpulan

Langkah Trump dalam Perundingan Gaza merupakan upaya diplomasi intensif yang menggabungkan pendekatan tekanan, forum internasional, mekanisme praktis (pertukaran tawanan, penarikan pasukan), serta strategi jangka panjang lewat otoritas teknis dan pasukan stabilisasi.

Meski begitu, tantangan nyata tetap besar: Hamas belum mau menandatangani formal, Israel memiliki kekhawatiran keamanan, dan pertanyaan legitimasi transisi terus membayangi.

Kendati demikian, summit internasional di Mesir dan pembebasan tawanan awal menunjukkan bahwa setidaknya sebagian langkah Trump mulai dijalankan di arena politik global. Keberhasilan utamanya akan sangat tergantung pada konsistensi diplomasi, pengawasan internasional, dan kemampuan pihak-pihak terkait untuk memegang janji mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *